Liputan Berita – Skoliosis pada Anak: Memahami Penyebab & Gejala dan Penanganannya, Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang menyebabkan tulang belakang membengkok ke samping, membentuk huruf “S” atau “C” saat dilihat dari belakang. Meskipun skoliosis bisa terjadi pada siapa saja, kondisi ini sering kali terdeteksi pada anak-anak dan remaja, terutama saat mereka sedang mengalami pertumbuhan pesat. Artikel ini akan membahas penyebab skoliosis pada anak, gejala yang perlu diperhatikan, dan berbagai metode penanganan yang dapat membantu mengelola dan mengatasi kondisi ini.
Apa Itu Skoliosis?
Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang di mana tulang belakang membengkok secara lateral. Ini dapat terjadi dalam berbagai derajat keparahan, mulai dari sedikit bengkok yang tidak mempengaruhi fungsi tubuh secara signifikan hingga kurvatur yang lebih parah yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan dan kualitas hidup. Skoliosis dapat mempengaruhi bagian mana saja dari tulang belakang dan dapat berkembang dengan cepat selama masa pertumbuhan anak.
Penyebab Skoliosis pada Anak
Skoliosis pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa penyebab utama:
- Idiopatik: Sebagian besar kasus skoliosis pada anak adalah idiopatik, yang berarti penyebabnya tidak diketahui. Skoliosis idiopatik sering kali terjadi selama masa pertumbuhan anak, terutama pada usia 10 hingga 15 tahun. Meskipun penyebab pastinya tidak jelas, faktor genetik mungkin berperan.
- Kongenital: Skoliosis kongenital terjadi karena kelainan bawaan pada tulang belakang. Ini berarti bahwa kelainan sudah ada sejak lahir dan disebabkan oleh malformasi tulang belakang selama perkembangan janin.
- Neuromuskular: Skoliosis neuromuskular disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi otot dan saraf, seperti cerebral palsy atau distrofia otot. Kelainan ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot yang berujung pada pembengkokan tulang belakang.
- Pasca-Trauma: Skoliosis pasca-trauma dapat berkembang setelah cedera atau operasi pada tulang belakang. Cedera atau pengobatan tertentu dapat menyebabkan perubahan dalam bentuk atau struktur tulang belakang.
- Sekunder: Skoliosis sekunder terjadi sebagai akibat dari kondisi medis lain, seperti osteoporosis atau infeksi tulang belakang. Ini adalah bentuk skoliosis yang tidak disebabkan oleh kelainan tulang belakang primer tetapi merupakan komplikasi dari kondisi kesehatan lainnya.
Gejala Skoliosis pada Anak
Gejala skoliosis pada anak dapat bervariasi tergantung pada derajat kurvatur dan keparahan kondisi. Beberapa gejala umum yang perlu diperhatikan meliputi:
- Pembengkokan Tulang Belakang: Kurvatur tulang belakang yang tidak normal dapat terlihat sebagai perubahan bentuk pada punggung. Ketika anak berdiri tegak, Anda mungkin melihat satu sisi tulang belikat yang lebih menonjol dibandingkan dengan sisi lainnya atau ketidakseimbangan pinggul.
- Perubahan Postur: Anak-anak dengan skoliosis mungkin mengalami perubahan postur, seperti miring ke satu sisi atau kesulitan berdiri tegak dengan baik.
- Nyeri Punggung: Pada kasus skoliosis yang lebih parah, anak-anak mungkin mengalami nyeri punggung. Nyeri ini bisa disebabkan oleh ketegangan otot atau perubahan struktur tulang belakang.
- Keseimbangan dan Koordinasi: Dalam kasus skoliosis yang signifikan, anak-anak mungkin mengalami kesulitan dengan keseimbangan dan koordinasi, terutama jika kelainan mempengaruhi bagian atas tulang belakang.
- Masalah Pernapasan: Pada skoliosis yang sangat parah, kurvatur tulang belakang dapat mempengaruhi ruang dada dan organ-organ internal, menyebabkan kesulitan bernapas.
Penanganan dan Pengobatan Skoliosis
Penanganan skoliosis pada anak bergantung pada derajat keparahan kurvatur, usia anak, dan potensi untuk perkembangan lebih lanjut. Berikut adalah berbagai metode penanganan yang dapat dipertimbangkan:
- Pemantauan Rutin: Untuk kasus skoliosis ringan, dokter mungkin merekomendasikan pemantauan rutin untuk memastikan kondisi tidak berkembang. Pemeriksaan berkala akan dilakukan untuk memantau perubahan kurvatur dan mengevaluasi perkembangan kondisi.
- Alat Penyangga (Brace): Untuk skoliosis moderat pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan, penggunaan alat penyangga dapat membantu memperlambat perkembangan kurvatur. Braces biasanya digunakan pada anak-anak yang memiliki kurvatur antara 20 hingga 40 derajat dan masih dalam masa pertumbuhan aktif.
- Fisioterapi: Fisioterapi dapat membantu memperbaiki postur, mengurangi nyeri, dan meningkatkan kekuatan otot di sekitar tulang belakang. Latihan khusus dapat direkomendasikan untuk membantu mendukung dan stabilkan tulang belakang.
- Operasi: Untuk kasus skoliosis yang parah atau progresif yang tidak merespons metode konservatif, operasi mungkin diperlukan. Prosedur bedah seperti fusi tulang belakang dapat membantu memperbaiki kurvatur dan mencegah perkembangan lebih lanjut. Operasi ini biasanya dipertimbangkan jika kurvatur lebih dari 45-50 derajat atau jika menyebabkan masalah kesehatan lainnya.
- Pengelolaan Nyeri: Jika anak mengalami nyeri punggung terkait skoliosis, dokter dapat merekomendasikan pengobatan nyeri atau terapi fisik untuk membantu mengelola ketidaknyamanan.
- Konsultasi dengan Spesialis: Bekerja sama dengan spesialis ortopedi atau ahli tulang belakang dapat membantu merencanakan perawatan yang sesuai dan memantau kemajuan anak. Dokter spesialis akan memiliki pengalaman dalam menangani kasus skoliosis dan dapat memberikan panduan yang lebih baik.
Jangan lupa kunjungi artikel sebelumnya Terapi Cahaya Merah: Memahami Manfaat dan Potensi Risikonya
Pencegahan Skoliosis
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah skoliosis, beberapa langkah dapat diambil untuk mendeteksi dan menangani kondisi ini sejak dini:
- Pemeriksaan Rutin: Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk anak-anak, terutama selama masa pertumbuhan, dapat membantu mendeteksi skoliosis lebih awal. Pemeriksaan oleh dokter atau ahli ortopedi dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda awal kondisi ini.
- Edukasi Keluarga: Memahami tanda-tanda dan gejala skoliosis dapat membantu orang tua dan pengasuh untuk mencari bantuan medis lebih awal. Edukasi mengenai kondisi ini penting agar orang tua dapat lebih waspada terhadap perubahan postur atau keluhan anak.
- Olahraga dan Aktivitas Fisik: Mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang sehat dan seimbang dapat mendukung kesehatan tulang dan otot secara keseluruhan. Meskipun tidak ada bukti langsung bahwa olahraga dapat mencegah skoliosis, gaya hidup aktif mendukung kesehatan umum.
- Nutrisi yang Baik: Memastikan anak mendapatkan diet seimbang yang kaya akan vitamin dan mineral penting, seperti kalsium dan vitamin D, dapat mendukung kesehatan tulang dan perkembangan yang optimal.
Skoliosis pada anak adalah kondisi yang memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat. Dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, gejala, dan pilihan penanganan, orang tua dan pengasuh dapat bekerja sama dengan profesional kesehatan untuk mengelola kondisi ini dan mendukung kesehatan anak. Pemeriksaan rutin, pengelolaan yang tepat, dan dukungan yang konsisten dapat membantu mengurangi dampak skoliosis dan memastikan anak tumbuh dengan sehat dan aktif.